[Nominated] Liebster Award 2016

wp-1469906414076

It’s kinda surprise me to be nominated in Liebster Award. As far as I remember, I haven’t post any logs in this blog since, I don;t know, maybe two years ago. But, hey, Shelly Fw (the one who nominated me) said she like my blog, so she decided to throw me that green spiky stamp. Sigh… Feels like I’m being yelled “Hey, update your blog, will ya?!” somehow.  But, anyway, thank you so much for the nomination, Shelly. And I am happy that you like my blog. Continue reading

Angel Fish

Hei, dengarkan aku. Apakah kalian tahu cerita tentang ikan jantan mencari anaknya?

Hah?

Pernah?

Aku beritahu, ya. Cerita itu cuma bualan dan, sama sekali tidak seru.

Tentu saja, karena pengalaman hidupku lebih menegangkan dari itu. Perlu kalian tahu, ya, aku juga kehilangan anak. Dan aku mencarinya sampai kemari.

Ya, ya. Kalian boleh berpendapat apa saja. Tetapi simak dahulu ceritaku. Setelah itu, terserah kalian mau percaya atau tidak. Continue reading

Coba Tebak Seberapa Dalam Cintaku Padamu

Hari menjelang senja. Lampu-lampu jalan pun mulai berdengung, saling menyusul satu sama lainnya. Mereka seakan tak sabar menemani jalanan aspal, meski lembayung masih bersinar cukup terang di ufuk barat. Atau mungkin mereka sengaja melakukannya demi Daren, lelaki yang selalu melangkah di sana setiap tahun di hari yang sama, di tepian kota kecil Balla.

Seperti biasa, tidak ada yang menemani Daren di sana. Hanya desir angin di antara pepohonan ara, dan suara-suara burung serta binatang hutan yang mengantarnya dengan senandung awal musim gugur.

Namun Daren tidak keberatan. Karena memang itu yang dia inginkan: rasa tenang untuk melangkah menyusuri jembatan penghubung dua tebing, lantas berhenti di tengah-tengahnya. Dia menatap jauh ke kota di bawah, melontarkan senyum tipis mengenang masa-masa indah dalam hidupnya. Karena di tempat itulah dia pernah menemukan kebahagiaan. Di sanalah dia bertemu dengan Leina, kekasihnya.

Continue reading

Nadia: Unek-unek Bal dan Kik

Tengah malam itu Nadia masih terjaga. Ia duduk di serambi kamar, bermain boneka beruang dan kuda dalam genggaman tangannya. Bagi gadis cilik itu kedua bonekanya sekarang sedang bercengkerama. Mereka berbicara satu sama lain layaknya manusia.

Kau belum mengantuk, Bal?” tanya Si Kuda pada Si Beruang.

Sedikit. Tapi malam ini aku mau melihat bulan. Oh, kau tahu, Kik. Aku mau melolong padanya,” ujar Bal, Si Beruang, lantas mendongak ke arah cermin perak yang menggantung di angkasa.

Continue reading

Suatu Hari Ketika Berburu

Jumlah mereka ada empat di sekitar sini. Membuat marah makhluk itu lebih dari satu bukan pilihan yang baik,” bisikku padanya, gadis teman bermainku di game online. Oh, ya. Saat itu aku benar-benar berbisik. Ada fitur tersebut di dalam permainan, dan aku tidak mau membongkar strategi berburu pada pemain lain yang—siapa tahu saja—menguping dari balik dinding gua atau gundukan batu. “Jadi, kau tunggu di sini dulu. Aku pancing makhluk itu satu per satu. Setelah itu, kita habisi dia!”

Oki,” jawabnya.

Continue reading

Pada Akhirnya Kita Sendiri Yang Menentukan

Harus kuakui, game online memang tidak kalah adiktif dibandingkan dengan permainan komputer yang lain. Apalagi game online juga bisa digunakan sebagai media sosial. Tidak jauh berbeda dengan media-media tersebut, di dalam game online kita bisa mencari teman sebanyak yang kita inginkan, membentuk kelompok, berdiskusi, bergosip, bahkan sampai berjualan barang-barang yang tidak ada hubungannya dengan permainan–meski spam seperti ini tidak diperbolehkan di area publik. Karena itu, ada banyak drama yang bisa terjadi di dalam media sosial juga bisa muncul pada para pemain game online, mulai dari hal-hal yang terkait dengan kelompk-kelompok elitis, SARA, permusuhan, hingga percintaan.

Walau seringnya konflik yang terjadi terasa sangat kekanak-kanakan, namun beberapa di antaranya sungguh menarik untuk diamati. Dengan setting yang pas, seseorang mungkin bisa menganggapnya sebagai kehidupan kedua, di mana hampir tidak ada batasan waktu dan tempat antar individu. Namun aku tidak akan membahas hal tersebut lebih dalam di sini. Aku hanya ingin kembali menyampaikan ketertarikanku pada watak seorang teman di dunia virtual ini. Ya, dia gadis 17 tahun yang aku ceritakan pada pos sebelumnya.

Continue reading

Salah Satu Pertanyaan Tentang Kehidupan

Ah, sudah lama rasanya aku tidak bermain game online lagi. Aku lupa kapan terakhir kalinya bertualang di dunia virtual sejak meninggalkan salah satu Sistem Operasi komputer yang ternama itu.

Karena itu, dua bulan lalu aku mulai mengaktifkan akun game untuk mengisi waktu luang. Tentu saja sekaligus berinteraksi dan mempelajari watak orang-orang di seantero jagad demi keperluan menulis.

Continue reading

[Flash Fiction] Wise Man Of The Southern Island

When the first snow fell upon this far green land, the one who sought for the elixir of life finally came to the old wise man. “Does the potion really exist, O Wise Man of The Southern Island?” eagerly he asked for amend. 

The Wise Man smiled at him. And with his gentle voice, he replied in a dim, “There is no such potion nor a pill. For it’s already in your heart when kindness cure the ill.”

The Seeker lost his tongue. Nothing he gain from seeking too long. But when he turned back to remorse his path, The Wise Man’s whisper caught his ears from a thousand yards. “She may not see the winter’s end. But her spirit will always remember how warm is your hand. So be brave, my young warrior. See her free as part of your honor.”

At that moment The Seeker shed his tears for the first time since he lost his sadness. And realize how long he has been blinded by his own selfish madness. 

~The End~

[Part #9]Tales of Elementiera: Desert Ghost

Burning Night

Rasanya seperti terjaga dalam tidur yang lelap. Radi tahu kesadarannya bekerja. Namun ia tidak bisa merasakan apa-apa. Ia tidak bisa melihat, bergerak, atau berbicara. Seakan-akan ia telah kehilangan tubuhnya, melayang-layang di dunia gelap sebagai gumpalan kesadaran yang bingung dan ketakutan.

Continue reading

[Part #8]Tales of Elementiera: Desert Ghost

An Ancient Curse

“Apa kau datang sendirian?” tanya Radi setelah menghampiri adiknya. Ia mencengkeram lengan Yamir, sementara matanya mengawasi jendela dan gerbang-gerbang kuil. “Apa ada orang lain yang melihatmu kemari?”

Jika itu sampai terjadi, maka seseorang akan melaporkan Radi dan Suri ke istana. Mereka akan mendapat masalah besar.

Continue reading

[Part #6]Tales of Elementiera: Desert Ghost

Forgotten Legacy

“Leluhur menyebutnya Lembah Irlam,” ujar Suri sembari berjalan, ketika angin berhenti bertiup kencang di sekitarnya. Ia menunjuk ke belakang. “Lembah ini melindungi kota Rafga selama ribuan tahun dari para pengendali kekuatan alam. Ah, kau pasti sudah tahu soal itu.”

“Ya.” Radi menoleh, menatap tembok kota yang memanjang membelah bukit batu dan lembah berpasir. Tembok itu tampak jauh lebih besar jika dilihat dari luar.

Continue reading

[Part #5]Tales of Elementiera: Desert Ghost

Secret Passage to Dream Land

Terowongan itu menurun dan cukup panjang. Radi bahkan tidak ingat sudah melewati berapa banyak anak tangga, atau berapa kali ia harus berbelok ke kiri dan kanan. Jika kedua kakinya tidak terbiasa bekerja keras di ladang dan jalanan, pasti sekarang mereka sudah meronta-ronta dan menyerah. Sungguh ajaib jika Suri masih sanggup melangkah, batinnya.

Continue reading

[Part #4]Tales of Elementiera: Desert Ghost

Please Trust Me

Sejak selesai sarapan Radi mengikuti Suri tanpa banyak berkata-kata. Tidak ada bahan pembicaraan di dalam kepala hingga ia memilih mengamati lingkungannya saja.

Hari sudah semakin terang. Beberapa wanita berkumpul di depan sebuah rumah. Mereka berbicara dengan suara setara ratusan lebah. Seorang pria tua mengemis di salah satu sudut, tidak ada yang menggubris dirinya. Sementara anak-anak kecil bermain di balik retakan tembok. Ada semacam aula di sana, bekas rumah yang sudah kehilangan semua ruangan dan atapnya.

Continue reading

[Part #3]Tales of Elementiera: Desert Ghost

First Date

Suara kokok ayam membangunkan Radi dari tidurnya. Ia terperanjat dan berbalik untuk mengamati dinding di seberang ranjangnya. Tidak ada semburat warna jingga di sana, begitu pula pada lubang-lubang ventilasi di atas kepalanya. Hari masih gelap, pikirnya. Ia berharap dirinya belum terlambat.

Continue reading

[Part #2]Tales of Elementiera: Desert Ghost

Feast and Promise

“Inilah hari terbaik bagiku dan bagi kita semua!” kata Radi. Senyumnya melebar. Pementasan drama jalanannya sukses besar.

Ia sudah mempersiapkan segalanya sejak dua bulan yang lalu. Berhari-hari otaknya diperas hanya untuk merancang cerita yang memikat. Ia juga sudah melatih ketujuh adik angkatnya untuk bisa bermain peran dengan baik. Dan sekarang, semua pengorbanan itu terbayar lunas.

Continue reading